Asesmen Gaya Belajar sebagai Mitos: Mengembalikan Pembelajaran dan Penelitian berbasis Empiris
Gagasan bahwa siswa belajar paling baik bila metode pembelajaran disesuaikan dengan gaya belajar mereka baik visual, auditori, atau kinestetik telah menjadi keyakinan yang tersebar luas dalam dunia pendidikan selama beberapa decade (Newton, 2015). Namun, konsep ini tidak hanya tidak berdasar secara ilmiah tetapi juga dapat menghambat praktik pengajaran yang efektif. Sebagai anggota komunitas Teknologi Pendidikan di pendidikan tinggi, penting untuk menyadari bahwa menjadikan asesmen gaya belajar ke dalam dasar pengembangan pembelajaran ataupun pemilihan media dan metode pembelajaran hanyalah sebuah mitos (Nancekivell, Shah, Gelman, 2020). Dari pada mengandalkan gagasan yang sudah ketinggalan zaman, kita harus fokus pada metode pengajaran berbasis bukti empiris supaya dapat bermanfaat bagi semua siswa. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi alasan mengapa kepercayaan terhadap gaya belajar hanyalah sebuah mitos dan mengapa penting untuk beralih dari konsep yang usang ini.
Sejarah Gaya Belajar
Daya tarik gaya belajar berasal dari keinginan untuk mempersonalisasikan pembelajaran dan membuatnya lebih efektif. Gagasan bahwa setiap siswa memiliki gaya belajar unik yang, jika dipenuhi, dapat meningkatkan prestasi akademik mereka, secara intuitif memang menarik. Konsep ini mengarah pada pengembangan berbagai kuesioner dan penilaian gaya belajar yang menjanjikan untuk mengidentifikasi mode belajar pilihan siswa. Namun, meskipun diterima secara luas dan telah digunakan dalam banyak penelitian baik secara khusus di bidang Teknologi Pendidikan maupun dalam bidang Pendidikan secara umum, hipotesa mengenai gaya belajar kurang mendapat dukungan empiris.
Bukti Ilmiah Terhadap Gaya Belajar
Penelitian secara konsisten membantah gagasan bahwa menyesuaikan metode pengajaran dengan gaya belajar individu akan meningkatkan hasil belajar. Sebuah tinjauan komprehensif literatur oleh Pashler et al., (2008) tidak menemukan bukti kredibel yang mendukung penggunaan gaya belajar sebagai prediktor keberhasilan akademik. Penelitian-penelitian berikutnya memperkuat kesimpulan ini, dengan menunjukkan bahwa meskipun siswa mungkin mempunyai preferensi terhadap cara mereka belajar, preferensi ini tidak berkorelasi dengan peningkatan hasil belajar ketika metode ataupun media disesuaikan dengan mereka.
Bahaya Menganut Mitos Gaya Belajar
Mengandalkan kerangka gaya belajar dapat merugikan karena beberapa alasan:
- Kesalahan Alokasi Sumber Daya: Sekolah dan pendidik mungkin menginvestasikan waktu dan sumber daya dalam penilaian gaya belajar dan metode pengajaran yang disesuaikan namun tidak terbukti manfaatnya.
- Menurunkan Harapan: Berfokus pada gaya belajar dapat menurunkan harapan siswa, terutama mereka yang dicap memiliki gaya belajar yang kurang 'disukai'.
- Pengabaian Praktik Pengajaran yang Efektif: Menekankan gaya belajar dapat mengalihkan perhatian dari metode pengajaran berbasis bukti yang telah terbukti meningkatkan pembelajaran bagi semua siswa.
Mendorong Penelitian dan Praktik Terkini
Sebagai profesional di bidang Teknologi Pendidikan khususnya ataupun bidang Pendidikan secara umun, merupakan tanggung jawab kita untuk selalu mendapat informasi tentang penelitian terbaru dan menerapkannya dalam praktik pengajaran kita. Sejumlah artikel dan penelitian telah membantah mitos gaya belajar dan memberikan wawasan tentang dasar penentuan strategi pembelajaran yang efektif (Newton, 2015). Mendorong kolega dan siswa untuk terlibat dengan literatur terkini ini sangat penting untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih efektif.
Melampaui Gaya Belajar
Kepercayaan terhadap gaya belajar sebagai prediktor kesuksesan akademis dan karier adalah mitos umum yang tidak memiliki bukti ilmiah. Meskipun siswa mungkin memiliki preferensi mengenai cara mereka belajar, memenuhi preferensi tersebut tidak akan menghasilkan hasil belajar yang lebih baik. Penting bagi para pendidik, khususnya di pendidikan tinggi, baik dalam lingkup Universitas Negeri Surabaya (UNESA) maupun secara umum untuk beralih dari konsep gaya belajar yang sudah ketinggalan zaman dan menerapkan metode pengajaran berbasis bukti yang bermanfaat bagi semua siswa. Dengan melakukan hal ini, kita dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih inklusif dan efektif.
Referensi
Newton, P. M. (2015). The Learning Styles Myth is Thriving in Higher Education. Frontiers in Psychology, Vol: 6. DOI: 10.3389/fpsyg.2015.01908.
Nancekivell, S. E., Shah, P. , & Gelman, S. A. (2020). Maybe They’re Born with It, or Maybe It’s Experience: Toward a Deeper Understanding of the Learning Style Myth. Journal of Educational Psychology © 2019 American Psychological Association 0022-0663/20/$12.00 2020, Vol. 112, No. 2, 221–235. http://dx.doi.org/10.1037/edu0000366.
Pashler, H., McDaniel, M., Rohrer, D., & Bjork, R. (2008). Learning Styles: Concepts and Evidence. Psychological Science in the Public Interest, 9(3), 105-119.
Penulis: Irena Maureen